Perjalanan Putu Wijaya Sebagai Wartawan Dan Dramawan
Edisi: 24 Mar / Tanggal : 2024-03-24 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
PERDEBATAN beberapa orang terpelajar, seperti Arief Budiman, Goenawan Mohamad, dan Salim Said, dalam sebuah pertemuan di kantor majalah Horison pada 1970-an menyisakan kesan mendalam bagi Putu Wijaya. Saat itu ia diajak dramawan W.S. Rendra datang ke Jakarta untuk berpentas. Selama di Yogyakarta, ia bahkan tak pernah menemukan perdebatan semacam itu. Perdebatan dengan landasan ilmu yang kuat.
“Saya kagum dan merasa sangat udik. Apa yang mereka katakan bagus,” ujar Putu kepada Tempo. Sempat ada penyesalan mengapa ia bersekolah di Yogyakarta, bukan di Jakarta. Tapi kemudian perjalanan mengantarkan Putu menjadi wartawan sekaligus dramawan.
Putu kemudian memutuskan tinggal di Jakarta. Cita-citanya menjadi pemain drama. Temannya, Chairul, lalu mengajaknya ke majalah Ekspres. Tentu saja ia senang. Meskipun tidak menjadi pintar seperti orang-orang yang dikagumi, ia berpikir setidaknya bisa ikut kecipratan sedikit-sedikit.
Sayangnya, majalah ini tak berumur panjang, baru dua tahun sudah pecah kongsi. Mengutip situs Indonesianlantern.com, kubu Marzuki Arifin tetap meneruskan Ekspres, tapi Goenawan Mohamad bersama belasan karyawan lain, termasuk Putu, mendirikan Tempo. Putu bergelar sarjana hukum, tapi ia tak ingin memilih bidang hukum. Ketika memutuskan masuk Tempo, dia malah memilih bidang yang “tidak penting”—hiburan, olahraga—karena ingin tetap berkesenian.
Putu tinggal di kantor, yang membuatnya mendengar semua bahan berita dan pembicaraan orang-orang pintar. “Seperti perpustakaan ngomong sendiri, saya dengar saja, sesekali nyeletuk. Tapi dari situ saya sedikit naik level,” katanya.
Kepada Rendra, dia mengatakan tak ingin menjadi wartawan hebat, tapi tetap menjadi diri sendiri dan terus berkesenian. Ia menyadari seni tidak bisa diandalkan untuk makan dan hidup serta bisa menyiksa orang lain yang hidup bersamanya. Jadilah ia harus bekerja untuk membantu orang tua, saudara-saudaranya, dirinya sendiri, dan kelak istrinya. Karena itu, dia juga…
Keywords: Majalah Tempo, Jurnalisme, Teater, Putu Wijaya, Dramawan, Wartawan, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…