Gambuh Masutasoma: Ber-bhinneka Tunggal Ika Dengan Gambuh

Edisi: 28 Apr / Tanggal : 2024-04-28 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


JUDUL PEMENTASANNYA memanggil kenangan: Gambuh Masutasoma. Ber-Sutasoma dengan gambuh. Itulah pementasan yang digelar Ida Ayu Wayan Arya Satyani, yang lebih dikenal sebagai Dayu Ani, di Budakeling, di timur Pulau Bali, 6 April 2024—pojok timur yang selama dua jam menjadi pusat simbolis napas ke-Indonesia-an pada bangsa ini. 
Selama menonton pementasan yang merupakan ujian terakhir untuk gelar doktor Dayu Ani di Institut Seni Indonesia Denpasar ini, kita dibuat terpukau berayun-ayun di antara tiga dunia yang berbeda sekaligus bersatu dalam lantunan kata diiringi musik tradisi di hadapan kita. Pertama, dunia narasi Sri Tantular dengan pesan-pesan magisnya. Kedua, dunia tradisional nyata desa kuno Budakeling, permukiman utama kaum Brahmana beritual Buddha terbesar di Bali. Dan ketiga, dunia kekinian Indonesia, yang setiap saat ditakdirkan menggali di dalam daging daerah-daerahnya unsur-unsur pembenaran bagi konsep kebinekaan yang merupakan kekayaannya dan sekaligus sumber kerapuhannya. Takjub menontonnya.
Dayu Ani, 47 tahun, sudah cukup lama melanglang di dunia seni tari dan kebudayaan. Tinggal di Denpasar, dia tumbuh di situ sebagai penari cilik, anak dan sekaligus murid sang maestro Oka Granoka, penafsir rumus-rumus lontar magis kaum Brahmana Buddha Bali, sang “juru” penggali jalur-jalur penyatuan antara kekinian kita dan kefanaan kosmis semesta. Pengalaman tari Dayu telah mengantarkannya hadir di puluhan acara nasional dan internasional sebagai penari cilik hingga sutradara. Akhir-akhir ini ia kerap pula menjadi rekan sutradara kondang Garin Nugroho.
Kreasi Dayu Ani berkutat di seputar kisah ajaran “Manunggaling Kawula Gusti” tokoh Sang Sutasoma, Bodhisatwa dari tradisi Buddha sebagaimana hadir dalam rangka budaya Bali. Tradisi ini diintroduksi di Bali pada masa Waturenggong, abad ke-16, era pasca-Majapahit, oleh seorang pendeta Buddha, leluhur Dayu sendiri, yang bernama Dang Hyang Astapaka. Dialah yang merintis permukiman kaum Brahmana Buddha di Desa Budakeling. Jadi, bagi Dayu Ani, sebagai Brahmana Buddha, cerita Sutasoma lebih dari sekadar pengetahuan:…

Keywords: Pentas SeniBaliSeni TradisiSeni TariGambuhDayu Ani
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.