Immanuel Kant Dan Praktik Bernegara Kini
Edisi: 28 Apr / Tanggal : 2024-04-28 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
SENIN petang, 22 April 2024, auditorium Goethe-Institut di Jakarta penuh oleh tak kurang dari 200 hadirin simposium filsafat. Kebanyakan dari mereka adalah pencinta filsafat. Menariknya, tampak sebagian hadirin adalah anak-anak muda, bahkan berusia remaja. Dalam acara pembukaan simposium 300 tahun Immanuel Kant itu, mereka membincangkan pemikiran filsuf Jerman tersebut.
Simposium bertajuk “On Law, Politics, and Religion: Kantian Strengths, Limits, and Practices within Global & Indonesian Context” yang dihelat Goethe-Institut, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dan Salihara di Jakarta ini adalah rangkaian acara perayaan 300 tahun kelahiran filsuf yang lahir di Königsberg (Kaliningrad) pada 22 April 1724 tersebut. Ia wafat di kota itu pula pada 12 Februari 1804.
Matthias Lutz-Bachmann hadir secara daring, membahas konsep tatanan politik yang rasional dari Kant yang didasarkan pada klaim universalitas dan kesahihan yang tidak bersyarat. Lutz-Bachmann selama ini berfokus pada filsafat politik dan etika, filsafat agama, serta teori kritis. Ia pernah menjadi dekan di departemen filsafat dan sejarah Universität Frankfurt, Wakil Rektor Johann Wolfgang Goethe-Universität Frankfurt, serta anggota terpilih Dewan Peninjau Filsafat pada Yayasan Penelitian Jerman (DFG).
Pembicara lain adalah Franz Magnis-Suseno, pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, yang mengelaborasi konsep dan prinsip Kant beserta aplikasinya dalam situasi politik Indonesia saat ini. Ia adalah doktor lulusan Universität München dengan disertasi tentang Karl Marx. Ia mengajar di beberapa universitas di Jakarta dan Bandung serta menjadi dosen tamu di sejumlah universitas di Jerman.
Lutz-Bachmann menjelaskan prinsip pemikiran Kant dalam perspektif tatanan politik global yang berfokus pada klaim universalitas dan kesahihan yang tak bersyarat. Ia menyinggung pemikiran Kant yang menyerukan penyatuan negara-negara dalam sebuah federasi. Gagasan Kant ini, menurut dia, berpengaruh kuat pada lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lukisan Immanuel Kant bersama para sahabat, Christian Jakob Kraus, Johann Georg Hamann, Theodor Gottlieb von Hippel, dan Karl Gottfried Hagen, dilukis oleh Emil Doerstling, sekitar 1892-1893. Wikimedia
Lutz-Bachmann mengawali penjelasan tentang Immanuel Kant yang lahir di negara pada masa rezim politik yang masih kontroversial dan belum bertransformasi menjadi negara republik dengan tatanan hukum publik.…
Keywords: Goethe Institut, Komunitas Salihara, Filsafat, Ilmu Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…