Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemanfaatan Vaksin Covid-19 Nasional 78 Persen, 5 Provinsi di Bawah Rata-Rata

Selasa, 3 Agustus 2021 18:55 WIB

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merilis data distribusi dan pemanfaatan vaksin Covid-19 di seluruh Indonesia pada 31 Juli 2021. Data itu menyebutkan bahwa Bio Farma, sebagai penanggung jawab pengolahan bahan baku dan distribusi vaksin di Indonesia, sejauh ini telah merilis hampir 97,5 juta dosis vaksin. Bio Farma telah mendistribusikan 88 persen dari jumlah tadi atau 86,3 juta dosis ke seluruh Indonesia. Sisanya, sekitar 6,6 juta dosis siap didistribusikan dan 4,6 juta dosis masih tersimpan di gudang.

Dari 86,3 juta dosis itu, sebanyak 78 persen atau 67,9 juta dosis telah digunakan di seluruh Indonesia. Indonesia telah menetapkan target vaksinasi sebanyak 208,3 juta jiwa.  Namun ada 5 provinsi dengan pemanfaatan vaksin Covid-19 di bawah angka penggunaan nasional. Lima provinsi tersebut adalah Banten 76 persen, Gorontalo 76 persen, Maluku Utara 73 persen, Papua Barat 72 persen, dan Papua 75 persen.

Juru Bicara Pemerintah untuk Program Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa angka yang lebih rendah dari angka nasional terjadi karena permasalahan teknis di lapangan. “Jadi perlu perluasan untuk percepatan vaksinasi,” kata Nadia melalui pesan Whatsapp pada Selasa 3, Agustus 2021.

Beberapa daerah lain mengeluhkan kelangkaan stok vaksin Covid-19 padahal masyarakat antusias. Seperti contoh di Jawa Barat yang mendapat stok sekitar 10 juta dosis dari pemerintah pusat. Dari jumlah itu, sebanyak 72 persen telah digunakan sebagai dosis pertama. Dan hanya tersisa 26 persen untuk dosis vaksin kedua, yang kemudian dialihkan untuk dosis pertama.

“Di luar itu udah enggak ada lagi. 10 juta dosis kami habiskan. Banyak (warga) yang minta (divaksin), belum ada barangnya, pusat bilang baru datang awal Agustus,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam wawancara virtual dengan Tempo, Selasa, 27 Juli 2021.

Akibatnya, Pemprov Jawa Barat pun lebih berhati-hati dalam menggunakan stok vaksin yang tersedia. “Kami habiskan apa yang dikasih. Kalau targetnya 70 persen dari 50 juta, ya kami memang harus meniti tangga sesuai kedatangan vaksin,” tutur Ridwan Kamil. 

Hal serupa juga menimpa Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Dosis kedua vaksin untuk 6.000 lebih masyarakat pada akhir Juli harus ditunda karena kehabisan stok, sedangkan stok baru tiba lagi pada awal Agustus.

Nadia mengakui bahwa kelangkaan stok vaksin Covid-19 di sejumlah daerah tidak terlepas dari penerimaan stok vaksin Indonesia yang bertahap hingga Desember 2021. Padahal target sasaran vaksinasi juga bertambah karena penambahan kelompok penerima vaksin, sedangkan total dosis yang Indonesia terima baru sebesar 150 juta dari 426 juta dosis yang dibutuhkan.

“Sehingga perlu dilakukan pengaturan yang lebih cermat untuk pelaksanaan vaksinasi dengan ketersediaan vaksin yang diterima Pemda. Jadi harus dihitung kebutuhan vaksinasi dosis kedua, lalu berapa kuota untuk vaksinasi dosis kesatu,” kata Nadia.

Nadia menyebut, saat ini distribusi vaksin Covid-19 dilakukan berdasarkan kebutuhan setiap provinsi. Untuk mengatasi kasus kelangkaan, Nadia berujar bahwa proses distribusi vaksin memerlukan koordinasi dan sinergi dengan TNI dan Polri karena distribusi vaksin juga dilakukan pada kedua institusi ini.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 3 Agustus 2021 pukul 12.00 WIB, sebanyak 23 persen dari sasaran vaksinasi atau 48,1 juta orang telah mendapat suntikan dosis pertama vaksin. Sedangkan jumlah orang yang telah mendapat dosis penuh vaksin ialah sebesar 10 persen dari sasaran vaksinasi atau sejumlah 21,4 juta orang.