Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tingkat Kepercayaan terhadap Berita di Seluruh Dunia Kembali Menurun

Kamis, 22 Juni 2023 20:34 WIB

Laporan penelitian Reuters Institute Digital News Report 2023 menyebut bahwa tingkat kepercayaan terhadap berita di seluruh dunia mengalami penurunan. Untuk diketahui, rata-rata skor tingkat kepercayaan tahun 2023 adalah sebesar 40 persen, menurun dua persen dari capaian tahun sebelumnya.

Penurunan tingkat kepercayaan terjadi di 31 negara yang masuk dalam penelitian ini. Sedangkan tingkat kepercayaan terhadap berita naik di 12 negara, dan stagnan di tiga negara, termasuk Indonesia, yang kembali mencatatkan skor kepercayaan sebesar 39 persen dalam tiga tahun berturut-turut sejak 2021. 

Kepercayaan terhadap berita yang menurun terjadi saat penggunaan media tradisional seperti TV dan cetak juga berkurang. Penurunan ini terjadi lantaran audiens lebih tertarik dengan media sosial. Mereka pun akan cenderung lebih menaruh perhatian pada selebritas, pemengaruh (influencer), atau persona media sosial dibanding jurnalis pada media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Snapchat. Sebaliknya media berita dan jurnalis masih menjadi fokus perhatian di Facebook atau Twitter.

Selain tingkat kepercayaan menurun, penghindaran dari berita (news avoidance) di skala global, baik sering atau terkadang, juga mengalami penurunan. Rata-rata skor news avoidance tahun ini adalah sebesar 36 persen, sedangkan tahun sebelumnya sebesar 38 persen. 

Berbeda dengan keterisolasian dari berita (news disconnection), penghindaran dari berita bisa terjadi secara berkala yang berarti orang-orang membatasi waktu mengakses berita atau menghindari topik tertentu.

Penghindaran dari berita juga terjadi lantaran isu yang menjadi pembahasan terlalu sulit dimengerti audiens. Mereka yang menghindari berita cenderung lebih suka berita dengan nada positif atau berbasis solusi, dibanding isu-isu besar. Berita berbentuk explainer juga menjadi favorit bagi mereka dalam mendapatkan informasi.