Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seberapa Parah Paparan Polutan PM 2,5 di Jakarta Dibanding Kota-kota Lain?

Jumat, 18 Agustus 2023 13:40 WIB

Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker ketika melintas di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta akan meningkatkan layanan angkutan umum massal, mulai dari MRT dan kendaraan umum massal lainnya, menyediakan perlengkapan uji emisi kendaraan bermotor dan penambahan ruang hijau terbuka serta penanaman pohon yang dapat menyerap polutan seperti PM 2,5 di udara yang dikeluarkan sebagian besar oleh asap pembuangan kendaraan bermotor. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Aplikasi penyedia data kualitas udara, Nafas Indonesia, dalam laporan bulan Juli 2023 menyebut bahwa polusi udara di Jakarta dan kota-kota sekitarnya pada bulan lalu berada pada level relatif buruk. Berdasarkan data tingkat kandungan konsentrasi partikulat (PM 2,5), paparan polusi udara di daerah-daerah tersebut tergolong tidak sehat, terutama bagi kelompok rentan. Perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir, juga mencatat bahwa Jakarta secara konsisten menempati peringkat atas di antara 10 kota paling tercemar secara global sejak Mei 2023. 

Paparan polutan PM 2,5 terhadap kesehatan penduduk Jakarta tergolong dalam 10 besar terburu berdasarkan laporan Air Quality and Health In Cities: A State of Global Air Report 2022. Laporan itu menempatkan Jakarta di peringkat keenam kematian akibat paparan PM 2,5 tertinggi di perkotaan padat, seperti tampak pada visualisasi di atas, dengan angka 106 kasus per 100 ribu kematian. 

Laporan itu menyebut ada 20 kota di Indonesia, termasuk Jakarta dan Surabaya, yang mengalami peningkatan kematian akibat paparan PM 2,5 pada 2019 dibanding 2010. Jakarta dan Surabaya juga tercatat sebagai kota dengan kematian akibat paparan PM 2,5 yang lebih tinggi dari angka global, yakni 58 kasus per 100 ribu kematian. Ada enam penyakit yang diasosiasikan dengan paparan PM 2,5 yakni penyakit paru obstruktif kronis, penyempitan pembuluh darah jantung (IHD), stroke, kanker paru-paru, dan infeksi saluran pernapasan bawah.

Jakarta juga tergolong dalam kota terpadat—minimal 50 ribu penduduk—dengan paparan PM 2,5 tertinggi. Laporan tersebut menempatkan Jakarta di peringkat enam di bawah Delhi (India), Kolkata (India), Kano (Nigeria), Lima (Peru), dan Dhaka (Bangladesh). Rata-rata paparan PM 2,5 per tahun di Jakarta pada tahun 2010-2019 mencapai 67 mikrogram per meter kubik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas ambang paparan tahunan PM 2,5 sebesar 5 mikrogram per meter kubik, dan 15 mikrogram per meter kubik dalam waktu sehari atau 24 jam.

Berkaca pada dokumen Laporan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara DKI Jakarta yang dirilis Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Vital Strategies pada 2020, tercatat ada lima sektor penyumbang beban emisi DKI Jakarta. Yakni pusat komersial, perumahan, industri energi, industri manufaktur, dan transportasi. Sektor terakhir menyumbang polutan PM 2,5 terbanyak setiap tahun, yakni sekitar 67 persen.