Siapa yang Paling Diuntungkan dan Dirugikan oleh Kehadiran Kecerdasan Buatan di Industri?
Oleh
Sabtu, 9 September 2023 16:22 WIB
Petugas mengamati salah satu koleksi Museum Masa Depan di Dubai, Uni Emirat Arab, 23 Februari 2022. Pengunjung akan dipandu oleh teknologi kecerdasan buatan bernama Aya yang mengajak orang untuk merasakan masa depan dengan taksi terbang, ladang angin, dan dunia yang ditenagai oleh struktur besar yang mengorbit Bumi, yang memanfaatkan energi matahari dan memancarkannya ke bulan. REUTERS/Christopher Pike
Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menghadirkan tantangan bagi dunia ketenagakerjaan saat ini. Artikel Tempo yang tayang pada 13 Juli 2023 menulis temuan riset Goldman Sachs yang menunjukkan bahwa kurang lebih dua per tiga dari pekerjaan yang ada saat ini diperkirakan terdampak oleh kecerdasan buatan otomasi. Kemudian seperempat dari pekerjaan yang ada saat ini diprediksi dapat tergantikan oleh AI generatif.
Untuk mengetahui persepsi pekerja dan pemilik usaha tentang kehadiran kecerdasan buatan di industri, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengadakan survei dengan partisipan 5.334 pekerja dan 2.053 perusahaan sektor finansial dan manufaktur di Austria, Kanada, Prancis, Jerman, Irlandia, Inggris, dan Amerika Serikat. Ada berbagai topik seputar penggunaan AI oleh industri yang dibahas, salah satunya adalah dampak terhadap kelompok pekerja tertentu.
Para pemilik usaha di sektor manufaktur menganggap bahwa pekerja difabel menjadi kelompok paling terbantu dengan kehadiran kecerdasan buatan, seperti tampak pada visualisasi di atas. Alat bantu berbasis AI untuk membantu pekerja dengan gangguan penglihatan, bicara atau pendengaran, atau kaki palsu, semakin tersebar luas, sehingga meningkatkan akses dan kualitas kerja penyandang disabilitas.
Pekerja berkemampuan rendah (low skilled) dan pekerja lanjut usia juga dianggap sangat terbantu oleh kehadiran kecerdasan buatan. Di sisi lain, pemilik usaha yang menganggap bahwa dua kelompok itu dirugikan oleh AI juga relatif lebih banyak dibanding kelompok pekerja lain. Mengingat penggunaan AI juga harus disertai keterampilan digital, jelas mereka yang tergolong gagap teknologi akan sulit beradaptasi. Laporan itu menyebut rata-rata lebih dari sepertiga orang dewasa di negara anggota OECD bahkan tidak memiliki keterampilan digital yang paling dasar.
Sama seperti pada manufaktur, kelompok pekerja difabel pada sektor keuangan dan asuransi juga dianggap paling terbantu oleh kehadiran kecerdasan buatan. Kemudian, para pemilik usaha juga menganggap pekerja berkemampuan rendah (low skilled) dan pekerja lanjut usia lebih dirugikan dibandingkan dibantu oleh kehadiran AI pada sektor keuangan.