Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyakit Yang Ditimbulkan Polusi Udara Jakarta

Kamis, 29 Agustus 2019 14:12 WIB

Loading...

Loading...

Pada 2017, organisasi lingkungan GreenPeace merilis laporan mengenai polusi udara yang terjadi di Jakarta beberapa tahun terakhir. GreenPeace mencatat bahwa resiko kesehatan di masa mendatang karena polusi udara terus meningkat.

Jika hal ini terus berlanjut, perubahan polusi di masa depan dapat meningkatkan jumlah kematian prematur hingga dua kali lipat, serta menghasilkan peningkatan dramatis dalam penurunan berat badan bayi yang baru lahir. Selain dari pada itu, jika hal ini tidak ditangani dengan serius, maka tingkat kematian dengan penyakit-penyakit kronis seperti ISPA (infeksi saluran Pernafasan) pada bayi, kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, dan penyakit mematikan lainnya diproyeksikan akan semakin banyak hingga 2030.

Tingkat kematian tertinggi disebabkan oleh stroke yaitu sebanyak 2,620 kasus kematian. Penyakit jantung iskemik menjadi penyebab tertinggi kedua dengan 2.220 kasus kematian. Penyakit Kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah) sebanyak 790 kasus yang menyebabkan kematian.

Tanggapan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengenai polusi udara ibu kota Jakarta merupakan kontribusi semua penduduk Jakarta. Bukan hanya industri melainkan juga para pengguna kendaraan pribadi. 'Teman-teman yang melakukan tuntutan hukum itu pun senyatanya ikut melakukan kontribusi pada penurunan kualitas udara. Kecuali udah pada naik sepeda semua, kalau semua udah naik sepeda itu lain," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat, 5 Juli 2019.

Berdasarkan Data Breath Easy Jakarta, penyebab pencemaran udara di Ibu Kota didominasi emisi kendaraan bermotor yang mencapai 47 persen. Pembakaran dan kegiatan industri berada di posisi kedua dengan sumbangan 22 persen. Debu jalanan berada di posisi selanjutnya bersama kegiatan rumah tangga dengan kontribusi masing-masing 11 persen. Selain itu, pembakaran sampah sebesar 5 persen dan debu pengerjaan proyek 4 persen.