ABDUL KARIM OEY


“Di samping Muslim yang taat, dia pun dipupuk, diasuh, dan menjadi seorang nasionalis Indonesia sejati,'' tulis Almarhum Hamka mengenai Abdulkarim, dalam risalahnya, Dakwah dan Asimilasi. Bahkan, ''Beranilah saya mengatakan bahwa Saudara Haji Abdulkarim Oey adalah seorang pionir dalam kalangan Indonesia keturunan Tionghoa,'' sambung Buya.

Oey Tjeng Hien, demikian nama asli Karim, piatu sejak usia dua bulan. Dibesarkan kakak iparnya, ia hanya berpendidikan SD zaman Belanda, dan kursus dagang. Biasa dipanggil ''Baba Adek'', atau ''Babadek'', Oey pandai bergaul dan suka berorganisasi. Ia terpilih menjadi Ketua Tanah Air Sendiri (TAS), organisasi yang mempunyai klub sandiwara, sepak bola, dan orkes gambus. ''Itulah pertama kalinya saya berbaur dengan pemuda-pemudi pribumi,'' tuturnya.

Meninggalkan kota kelahirannya, Padang, Babadek menuju ke Bintuhan, Bengkulu, 1926. Di sana ia mengembangkan bakat dagangnya, berjualan hasil bumi sampai ke Batavia (Jakarta), dan memberantas rentenir. ''Mereka yang memerlukan pinjaman uang sebisanya saya bantu tanpa rente,'' katanya.