MELY G. TAN
Sosiolog yang juga sinolog ini dikenal gesit dan seperti tidak pernah capek. Mely G. Tan rajin berseminar, termasuk di sebagian besar dari 30 negara yang pernah dikunjunginya. Ia giat menulis. Di samping beberapa buku, sekitar 25 kertas kerjanya telah diterbitkan. Artikelnya bertebaran di sejumlah media cetak.
Komentarnya tajam dan mengena sasaran. Dalam majalah Femina, 11 September 1984, ia mengkritik film Indonesia yang sering memperagakan adegan ''buka-bukaan'', yang memperlakukan wanita sebagai obyek seks. Di pihak lain, katanya, berbagai organisasi wanita dan kaum ilmuwan mengadakan seminar dan kegiatan yang ingin menemukan cara peningkatan harkat wanita. ''Bagaimana menjelaskan keadaan paradoksal ini?'' kata Mely.
Media cetak juga kena sindir. Yang menjadi sasarannya adalah kebiasaan pers Indonesia memakai motto muluk-muluk. ''Empat dari sembilan mengatasnamakan rakyat,'' katanya. Beberapa contoh: ''Suara Rakyat Membangun'', ''Suara Rakyat Republik Indonesia'', ''Amanat Hatinurani Rakyat'', dan ''Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia''. Bandingkan, katanya, dengan motto…
