Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Survei ISEAS-Yusof Ishak Institute: Mayoritas Responden Indonesia Anggap Serius Isu Perubahan Iklim

Senin, 20 September 2021 19:05 WIB

Lembaga penelitian kawasan Asia Tenggara, ISEAS-Yusof Ishak Institute merilis laporan survei tentang isu perubahan iklim di negara-negara ASEAN Southeast Asia Climate Change Report 2021. Ini merupakan kali kedua ISEAS melangsungkan survei serupa.

Terkait persepsi isu perubahan iklim, 71,7 persen responden asal Indonesia melihat bahwa perubahan iklim merupakan ancaman langsung dan serius. Jumlah itu menempatkan Indonesia tertinggi ketiga di Asia Tenggara. Peringkat pertama ditempati Vietnam dengan angka responden yang memilih jawaban itu sebesar 80 persen, dan selanjutnya ialah Filipina sebesar 77,9 persen.

 

Responden Indonesia paling mengkhawatirkan banjir sebagai ancaman perubahan iklim paling serius, sebesar 89,1 persen. Ancaman perubahan iklim tertinggi selanjutnya bagi responden Indonesia adalah kenaikan permukaan laut, dan tanah longsor yang disebabkan hujan. Laporan itu menyebut, kehilangan keanekaragaman hayati tidak lagi dianggap sebagai dampak teratas, digantikan oleh banjir atau tanah longsor akibat curah hujan

“Perubahan ini mungkin menunjukkan meningkatnya kecemasan atas dampak perubahan iklim terkait curah hujan,” seperti yang tertulis dalam laporan tersebut.

Sedangkan, 27,2 persen responden lain asal Indonesia menilai bahwa isu perubahan iklim penting untuk diamati. Kemudian hanya 1,1 persen responden asal Indonesia yang menganggap bahwa isu itu tidak berdasarkan basis ilmiah.

Di tingkat Asia Tenggara, 70 persen responden menganggap bahwa perubahan iklim adalah ancaman langsung dan serius bagi negara tempat mereka tinggal. Kemudian 28,4 persen menganggap perubahan iklim adalah isu penting untuk diamati, dan 0,8 persen responden menganggap perubahan iklim tidak memiliki basis ilmiah. Lalu 0,8 persen sisa responden menganggap perubahan iklim adalah ancaman jangka panjang dan tidak akan mengganggunya selama mereka masih hidup.

Berdasarkan kelompok usia, muda usia responden, semakin tinggi tingkat kekhawatiran terhadap perubahan iklim. Temuan ISEAS-Yusof Ishak Institute menunjukkan bahwa 76,5 persen responden yang berusia di bawah 21 tahun melihat perubahan iklim sebagai ancaman langsung dan serius, menjadikan kelompok usia tersebut sebagai kelompok usia paling khawatir terhadap ancaman perubahan iklim. Kelompok usia 21-35 tahun jadi generasi dengan kekhawatiran tertinggi kedua terhadap ancaman perubahan iklim, dengan 72,2 persen responden.

“Generasi muda adalah generasi yang paling mengalami dampak terburuk perubahan iklim, meski kondisi saat ini sudah terlanjur parah,” seperti yang tertulis dalam laporan tersebut.