Memotret Dengan Pena
Edisi: 39/39 / Tanggal : 2010-11-28 / Halaman : 59 / Rubrik : GH / Penulis : Harun Mahbub , ,
Merapi meledak. Awan panas mengepul, batu dan debu berhamburan, orang-orang lintang pukang. Di tengah hiruk-pikuk itu, Toni Malakian, 26 tahun, menyelinap mengarah ke gunung di batas Yogyakarta dan Jawa Tengah itu. Ilustrator freelance di Jakarta itu mencari tempat sampai titik dia bisa melihat Merapi dengan jelas. Dia membuat sketsa Merapi yang tengah bergejolak. "Ingin mendokumentasikan Merapi meletus, korban-korban, dan bagaimana barak pengungsian," katanya.
Toni memang hanya diberi kesempatan oleh Merapi untuk menggambar selama sekitar sejam, karena dia harus segera balik arah menghindari risiko celaka. Namun empat gambar sketsa gunung dengan asap yang membubung dia selesaikan. Karyanya itu kini dititipkan di sebuah pameran seni rupa di Semarang, dengan tujuan menggalang dana untuk korban. "Yang memberikan donasi boleh memiliki gambar saya," katanya. Toni, yang berdomisili di Jakarta, berencana kembali untuk membuat sketsa-sketsa kondisi terbaru dengan tujuan serupa.
Kepuasan menuangkan emosi dan menikmati proses kreatif membuat Toni "gila" membuat sketsa, terutama setahun terakhir. Sebelumnya dia lebih sering menggambar ilustrasi atau karikatur-dia sempat bekerja sebagai ilustrator di sebuah media cetak di Jakarta. Kini, di mana saja, begitu ada obyek yang menarik, langsung tangannya bergerak. "Bangunan klasik atau aktivitas orang yang menyentuh," katanya. Peranti sketsa berupa buku sketsa (sketch…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…