Simpul Baru Jaringan Bahrun Naim
Edisi: 48/44 / Tanggal : 2016-01-31 / Halaman : 30 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Sunudyantoro, Budi Setyarso, Avit Hidayat
PERINTAH pemimpin Ansharut Daulah, Aman Abdurrahman, dikeluarkan di penjara Kembang Kuning, Nusakambangan, Desember tahun lalu. Menurut sejumlah petinggi Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian, pemimpin kelompok yang bergabung ke Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS itu menyatakan, "Sekarang waktunya melakukan amaliyah."
Amaliyah merupakan terminologi untuk menyerang. Perintah disampaikan kepada sejumlah anggota kelompok itu yang menemui Aman di penjara, tempatnya menjalani hukuman karena mendanai pelatihan terorisme di Jalin, Jantho, Aceh, pada 2010. Di antara yang datang, ada Dian Juni Kurniadi, Sunakim alias Afif, Muhammad Ali, dan Ahmad Muhazan. Sebelum ke Nusakambangan, mereka berkumpul di satu pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat.
Menurut seorang perwira Densus 88, Afif dan Ali bergabung dalam kelompok Jakarta. Sedangkan Dian dan Muhazan dari kelompok Cirebon dan Indramayu. Mereka bagian dari kelompok yang menamai diri Sayap dan dipimpin Ali Hamka. Perwira itu menyatakan Aman tidak menyebut target secara spesifik. Dianlah yang kemudian menentukan sasaran serangan.
Dian, kata perwira lain, awalnya menargetkan serangan ke satu kuil di Tegal, Jawa Tengah. Bukan dengan bom, melainkan dengan pembakaran. Ia juga merencanakan teror kepada satu kelompok di Pekalongan. Rencana ini dibatalkan ketika polisi menangkap kelompok lain di sejumlah kota, yang bersama-sama telah menargetkan sekitar 28 titik serangan, akhir tahun lalu.
Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, dipilih sebagai sasaran baru. Dian diduga meminta Dudi Suridi, anggota kelompok di Cirebon, merakit bom. Tak berpengalaman sebelumnya, Dudi memenuhi perintah itu dengan belajar membuat bom melalui video di YouTube berjudul How to make a bomb from your kitchen. Ia membeli tabung gas tiga kilogram di warung tak jauh dari tempat tinggalnya. Sebagai bahan peledak, dipilih potasium nitrat, belerang, dan aluminium. "Biayanya tak lebih dari dua juta," kata perwira Densus 88.
Serangan di Jalan Thamrin dilakukan pada Kamis pagi yang sibuk, dua pekan lalu. Teror ini menewaskan delapan orang. Tujuh tewas di lokasi kejadian. Dari jumlah itu, empat di antaranya diduga pelaku serangan: Dian Juni Kurniadi, Muhammad Ali, Afif alias Sunakim, dan Ahmad Muhazan bin Saron. Serangan bom, granat, dan senjata api ini juga melukai 27 orang lain.
Polisi mengklaim menumpas serangan ini dalam waktu 11 menit. Mereka mencocokkan identitas Afif ketika foto dia menembaki polisi beredar di media massa tak lama setelah serangan. Dari sini, Densus 88 menyergap anggota jaringan yang telah diidentifikasi melalui penangkapan-penangkapan sebelumnya.
Polisi dengan cepat menangkap 16 orang. Empat dilepaskan dan sisanya diinterogasi. Hanya enam…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…