Hiburan Kaum Miskin

Edisi: 44/18 / Tanggal : 1988-12-31 / Halaman : 100 / Rubrik : PRK / Penulis :

SEORANG wanita dan dua lelaki remaja ditemukan terkapar di Lapangan Puputan, Denpasar, yang dikenal sebagai tempat rendezvous kaum remaja dan homoseks. Mereka "kepergok" pada pukul 01.00 dinihari. Ketiganya mabuk. Belakangan terungkap, sang wanita adalah mahasiswi tingkat lanjut sebuah universitas di Denpasar, sementara kedua lelaki adalah siswa SLTA.

Kejadian ini diberitakan oleh Bali Post belum lama berselang, dan cepat mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Bukan cuma karena terasa janggal. Untuk diketahui, mabuk di tempat ramai adalah hal yang sangat tidak biasa di Bali. Apalagi bagi wanita dan remaja. Di Bali, pemabuk yang bertinkah macam-macam di depan umum biasanya diperlakukan seperti maling dan dihajar beramai-ramai.

Walau masih samar, kebiasaan mabuk di tempat terbuka sudah menggejala di Bali. Di taman kota, dan juga di sudut-sudut kawasan permukiman. "Sebagian remaja di kompleks perumahan ini sudah mulai suka minum dan mabuk-mabukan," ujar Aribowo setengah mengeluh. Dia seorang anggota pengurus perkumpulan remaja di kompleks perumahan ABRI Jalan Jenderal Sudirman, Denpasar. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menjaga jangan sampai bikin ribut."

Pada suatu malam pekan lalu, Bowo piket. Kali ini ia ditemani Joko Daryanto dari TEMPO. Pertemuan kaum teler yang diawasinya berlangsung di emperan sebuah rumah kosong, menjelang tengah malam. "Mereka selalu sembunyi-sembunyi," kata Bowo, "sebab kalau ketahuan, mereka bisa dihajar habis-habisan oleh bapak mereka."

Jeffry, pemimpin grup itu, seperti biasa mentraktir. Dan terhidanglah di lantai kusam rumah kosong itu, arak putih yang keras bermerk B.G., dan berhara Rp 1.200 sebotol. Arak yang dicampur dengan Coca-Cola dan sedikit jeruk nipis itu ditenggak sedikit-sedikit seperti wiski.

"Saya mulai minum sejak SLTA," ujar Jeffry, sang bos yang kini sudah mahasiswa. Putra…

Keywords: -

---

Foto Terkait