Dongeng Expo Dari Tsukuba

Edisi: 08/15 / Tanggal : 1985-04-20 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


TIDAK seperti biasanya, cuaca sangat baik pagi itu. Di lereng Gunung Tsukuba, dengan ketinggian 876 meter, di Provinsi Ibaraki, matahari memancarkan sinar lembut. Suhu bergerak 3-4 derajat Celcius. Di bawah bangunan berkerangka besi yang melengkung, mirip mulut keong raksasa, 3.600 undangan menanti kedatangan putra mahkota Jepang, Pangeran Akihito, yang akan membuka resmi Expo 85.

Seperti tidak ada yang istimewa kecuali paraundangan yang mulai membuka selimut - yang disediakan JAL, Japan Air Lines, maskapai penerbangan Jepang - untuk menutupi lutut dan tangan. Di panggung sudah siap para pemusik Orkes Simfoni NHK, dan di belakangnya berdiri paduan suara anak-anak sekolah menengah se-Provinsi Ibaraki. Di atas tubuh-tubuh para anggota orkes yang populer dan sering muncul dalam siaran TV NHK itu tergantung layar televisi yang memonitor perjalanan sang putra mahkota.

Begitu Pangeran Akihito tampil, dan orkes mengalunkan Etenku, sebuah lagu istana, pameran teknologi serentak muncul. Panggung itu segera didatangi panggung lain yang rendah - yang sudah dilengkapi dengan podium untuk pidato, seperangkat kursi, dan gadis Jepang dengan pakaian tradisional. Panggung kedua ini, untuk diketahui, bergerak dari luar dan "dikemudikan" dari jauh dengan remote control. Ratusan wartawan yang berkumpul di tiga tempat mulai mengguyurkan ribuan jepretan. Dan para undangan seperti baru tersentak - inilah awal sebuah pameran besar yang akan mengetengahkan kemajuan teknologi untuk menyongsong abad ke-21.

Tsukuba Expo 85, pagi itu, 16 Maret 1985, dibuka resmi oleh Pangeran Akihito dengan memencet tombol - dan berjatuhanlah sebagian balon yang terbungkus plastik di panggung. Sebagian balon lagi macet: plastik pembungkus tidak robek, dan balon tak mau jatuh.

Tapi kemeriahan pembukaan Expo 85 sama sekalitak terganggu, tentu. Juga tak terasa kurang, walau PM Jepang, Yasuhiro Nakasone, tak bisa hadir langsung karena kesibukannya di sidang parlemen. Toh, masyarakat Jepang melihat tampang pemimpinnya lewat televisi, yang sampai ketiduran di sidang parlemen karena capek sesudah datang dari Soviet untuk menghadiri pemakaman Chernenko. Sambutan Nakasone dibacakan Menteri Negara Sekretaris Kabinet Takao Fujinami.

Nakasone berkata, tentu saja, "Kami berharap, ilmu dan teknologi akan dapat membantu banyak memecahkan berbagai problem yang dihadapi manusia pada abad ke-21."

Dan setelah sambutan-sambutan, disusul penyerahan bendera Expo International, yang dikibarkan mendampingi bendera Expo Tsukuba, panggung rendah itu pun kembali minggir dengan pelan dan mulus. Drumband para pelajar SLTA mulai ber-display, disusul munculnya bendera peserta Expo - dimulai dari Amerika Serikat. Setiap bendera dikawal gadis berpakaian nasional negara itu, disertai salam yang menyatakan selamat pagi, juga dengan bahasa negara itu.

Termasuk, tentu saja, teriakan "selamat pagi" yang lantang, dan waktu itu disambut pengunjung dengan meriah. Tapi tak disertai gadis Indonesia yang berpakaian khas Indonesia, melainkan gadis Jepang dengan pakaian resmi Expo - busana planet, demikian pakaian ini dijuluki. Acara pembukaan ini juga dimeriahkan oleh tari dan nyanyi anak-anak SD - konon, untuk memberi penghormatan kepada Maki Takagaki, 13, yang menciptakan maskot Expo 85 tahun lalu. Takagaki kini murid SLTP.

Yang mendapat sambutan hangat pada acara pembukaan itu, yang disiarkan seluruh jaringan televisi di Jepang secara langsung, adalah acara musik dari NHK. Ada dua jenis sajian: musik klasik yang ikut dimainkan oleh sebuah robot yang diletakkan di tempat lain - di pavilyun Jepang, sekitar 400 meter dari gedung tempat acara. Lewat saluran televisi lokal, robot ini dipantulkan ke layar yang tergantung di atas orkes NHK. dan awak orkes ini kemudian mengiringi petikan organ si robot. Yang satu lagi adalah sajian musik pop Jepang dengan lagu-lagu yang tengah populer, dibawakan penyanyi tenar sana, Hideki Saijo namanya.

Di situ dipamerkan perpaduan musik dengan teknologi. Panggung yang datar itu, pada bagian tertentu - tempat Saijo berdiri - tiba-tiba bisa terangkat ke atas. Sang penyanyi pun dengan gaya Michael Jackson semakin menjadi raja di pentas. Di panggung itu pulalah setiap hari, selama Expo berlangsung, dipergelarkan berbagai kesenian, dan tidak hanya oleh pihak tuan rumah.

* * *

Expo di "kota ilmu" Tsukuba ini dibuka untuk umum esok harinya - Ahad 17 Maret Ini expo internasional ketiga yang diselenggarakan di Jepang. Yang pertama di Osaka, kota terbesar kedua di Jepang, tahun 1970. Expo 70 Osaka ini tidak dibebani tema khusus. Expo yang juga bertingkat internasional yang pertama di Asia itu berlangsung 15 Maret sampai 13 September. Betul-betul sukses setidak-tidaknya dikunjungi 64 juta orang. Areal yang dipakai sampai 351 hektar, tiga kali lebih luas dari yang sekarang. Dipersiapkan dalam waktu enam tahun, Expo 70 Osaka itu diikuti 113 pavilyun, baik pavilyun yang mewakili kota-kota di Jepang, mewakili grup perusahaan swasta Jepang, maupun (empat) organisasi internasional. Biayanya 711,8 milyar yen, dengan kurs sekarang (1 yen = Rp 4,3) berarti Rp 3,060 trilyun.

Dari situ rupanya Jepang mulai memikirkan expo dengan tema khusus. Lima tahun kemudian, diselenggarakanlah Expo Okinawa 1975, yang nama populernya Ocean Expo 75 Okinawa, dengan mengambil tema kelautan, berlangsung dari 20 Juli 1975 sampai 18 Januari 1976. Pesertanya 48 pavilyun. Karena letak Okinawa yang agak terpencil, dan karena tema yang khusus itu, pengunjung tak lebih dari empat juta. Lokasi expo itu sendiri 101 hektar, dengan biaya 226,9 milyar yen (Rp 975,67 milyar).

Expo 85 Tsukuba direncanakan lebih matang, tentu saja - mulai 1978. Pada saat disahkan sebagai expo internasional dalam sidang The Bureau of International Expositions, 22 April 1981, lokasi expo sudah disiapkan. Temanya pun ditetapkan oleh organisasi expo dunia itu: Dwellings and Surroundings-Science and Technology for Man at Home (Tempat Tinggal dan Sekitarnya-llmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Manusia di Rumah). Anggaran yang disediakan: 534 milyar yen (Rp 2,296 trilyun). Sampai saat pembukaan, Expo diikuti oleh 48 pavilyun negara asing - termasuk Indonesia - di samping badan-badan internasional serta grup-grup perusahaan dan pemerintah Jepang.

Jumlah pengunjung yang hendak diraih dalam pameran 184 hari ini (ditutup 16 September 1985) adalah 20 juta. Berarti 108.696 pengunjung per hari angka cukup besar yang belum terpenuhi pada minggu-minggu pertama ini akibat cuaca yang sering buruk. Hari pertama saja, yang diharapkan akan dibanjiri penonton karena jatuh tepat hari Minggu, pengunjung hanya 81.657 orang. Harap diketahui, ini catatan pengunjung yang ke-uar. Tentang pengunjung yang masuk rupanya terjadi kekisruhan akibat salah hitung oleh mesin pencatat. Kisah salah hitung itu terbilang unik - dan barangkali akan menghibur Anda yang baru saja berbangga punya Pelabuhan Udara Internasional Jakarta Cengkareng.

Expo 85 ini punya empat gerbang. Di keempat gerbang itu dipasang 79 mesin hitung, yang dirancang khusus selama dua tahun. Di setiap gerbang ada 10 tempat antrean - separuhnya masuk, separuhnya ke luar. Tampaknya, hanya gerbang utara yang paling ramai: dihubungkan oleh bis khusus Expo ke stasiun kereta api terdekat yang khusus dibangun untuk itu. Di tiga gerbang lain, pengawasan - yang dilakukan oleh gadis-gadis berbusana planet itu - kurang rapi. Mereka ini lupa (atau tak tahu?) satu hal sepele: pengunjung yang keluar berdesak-desakan akan membuat mata kamera mesin hitung kebingungan. Misal: seseorang yang badannya sudah melewati garis pencatat hitungan tetapi tangannya masih terayun, mungkin karena tasnya kejepit orang di belakangnya, bisa dihitung dua kali oleh mesin komputer itu.

Sungguh, mata komputer kita itu tak mengenal "manusia seutuhnya". Kalau orang lewat di antrean dengan gugup saja, ia sudah bisa dikelabui. Jadi, orang keluar harus tenang, tertib, pelan. Tempat antrean sebenarnya sudah dibuat cukup hanya untuk satu tubuh - tapi itulah yang "dilanggar" di tiga gerbang Expo lainnya. Maka gadis-gadis petugas bagian itu langsung dikumpulkan; pengaturan pengunjung diperketat, penerangan lebih gencar. Hari kedua, kesalahan tak ada lagi.

Pada hari pertama itu mesin hitung mencatat pemasukan pengunjung 66.945 orang; yang keluar 81.657 orang. Beda besar ini menimbulkan penafsiran keliru pada mulanya: apa ada orang masuk dengan menyerobot? Mustahil, karena bagi mereka yang sudah mendapat tanda masuk gratis (termasuk wartawan) disediakan pintu khusus yang tidak "diintai" mesin hitung. Yah, namanya juga mesin. Maklum, masih baru ....

* * *

Lokasi Expo ini, di lereng Gunung Tsukuba, terletak 60 km timur laut Tokyo. Orang bisa mencapai lokasi itu dari stasiun Ueno, di pusat Kota Tokyo, yang disinggahi kereta berbagai perusahaan di Jepang. Dari situ bisa, misalnya, naik kereta khusus ( The Expo Liner) dan turun di stasiun Bampaku Chuo, itu stasiun khusus Expo yang dibangun dengan biaya 15 milyar yen. Stasiun ini, 13 km dari medan pameran, memang serba baru, dipenuhi peralatan otomatis, dilengkapi terminal bis bertingkat. Inilah pangkalan bis gandeng Volvo, yang mengantarkan pengunjung sampai ke pintu utara Expo, dengan membayar 600 yen. Pembayarannya, tentu saja, tak diberikan kepada sopir atau kenek tapi ditaruh (uang logam) di kotak kecil, yang dilengkapi ban berjalan, ketika orang melewati antrean ke luar terminal.

Karcis masuk Expo pun dibeli di loket otomatis dengan tiga macam harga: untuk anak-anak (4-14 tahun) 700 yen, remaja (15--22 tahun) 1.400 yen orang dewasa 2.700 yen. Semua dilakukan sendiri tak ada penunggu; tak seorang pun melayani orang lain. Itu tadi cara yang paling mudah dan murah, di samping ada tiga cara yang lain.

Untuk kepentingan Expo pula bila di stasiun Ueno ditempatkan sebuah ruang khusus bagian penerangan. Berbeda dengan stasiun-stasiun kereta api lain di Jepang, di Ueno pengunjung bisa melihat arah yang harus ditempuh untuk ke Tsukuba dengan membaca tulisan Latin berbahasa Inggris. Bahkan orang bisa membeli karcis masuk Expo di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…