Amin
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-08 / Halaman : / Rubrik : BHS / Penulis :
André Möller*
Beberapa waktu lalu, istri saya menerima tulisan doa di media sosial. Sebagai orang sopan sekaligus beradab, ia menjawabnya dengan amin. Entah karena merasa sok suci, entah lantaran masuk golongan “kiai dadakan” (yang akhir-akhir ini sepertinya tumbuh subur), si pelantun doa merasa wajib menggurui istri saya karena, menurut dia, amin tersebut keliru, bahkan mungkin salah besar. Istri saya ngeyel, kemudian minta dukungan dari saya. Saya pun mendukung.
Masalah amin ini tentu bukan masalah baru, tapi masih berlanjut. Tidak susah mencari orang, koran, atau situs yang “menjelaskan” bahwa amin itu keliru dan semestinya tertulis aamiin. Amin, katanya, berarti “aman” atau “tenteram”, sedangkan aamiin benar dengan arti “kabulkanlah (doa)”. Ini mesti kita sikapi bagaimana?
Pertama-tama, kita bisa bertanya secara retoris apakah kita sedang berbahasa Arab atau Indonesia. Kalau jawabannya Indonesia, dan itu sebenarnya sudah pasti, kita bisa minta dukungan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai patokan bahasa. Di dalam KBBI, hanya ada amin dengan penjelasan “terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya (dikatakan pada waktu berdoa atau sesudah berdoa)”. Ada pula catatan bahwa bentuk tidak…
Keywords: Bahasa, kolom bahasa, Bahasa Indonesia, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Pembantu: Dari Rumah Tangga sampai Presiden
2007-11-04Membantu dan menolong adalah contoh kata yang disebut bersinonim. keduanya dapat saling menggantikan: bisakah membantu/menolong…
Pusat Bahasa dan Sultan
2009-10-18Suatu waktu, cobalah anda membuka homepage resmi pusat bahasa departemen pendidikan nasional, www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. situs tersebut…
Metafor dalam Diplomasi
2009-09-06Sudah 10 tahun bekas provinsi termuda indonesia, timor timur, yang berintegrasi pada 17 juli 1976…