KoinÉ Di Sebuah Kedai

Edisi: 40/47 / Tanggal : 2018-12-02 / Halaman : 66 / Rubrik : BHS / Penulis : Kasijanto Sastrodinomo, ,


SUATU malam di Kota Kupang, akhir Mei lalu, saya me­ngudap kerapu bakar di sebuah kedai makan yang di­kelola perantau asal Lamongan. Celetukan dalam logat arèk di antara anak-anak muda pemilik kedai itu mem­perjelas bahwa mereka berasal dari Jawa Timur. Akan halnya pra­musaji dan pembakar ikan, dilihat dari profil fisiknya, menam­pakkan ciri penduduk lokal yang berbeda asal. Mereka sebagi­an kecil dari wujud etnisitas yang heterogen di Pulau Timor—dua orang mengaku asli Kupang, seorang dari Belu, dan seorang dari Rote. Masing-masing memiliki bahasa ibu sendiri.

Maka bukan hal aneh jika di kedai itu—seperti kelaziman di tempat umum—bahasa Indonesia berlaku sebagai talimarga ber­sama, sementara bahasa-bahasa ibu praktis “terlipat”. Namun bahasa yang diniatkan untuk mengatasi ke­mungkinan “salah sambung” di kedai itu ternya­ta beragam pula. Pemilik kedai condong ber­bahasa Indonesia standar, kadang-kadang terselip Jawa Timuran, sementara para awak mencampurnya dengan dialek se­tempat. Misalnya, pemakaian kata gan­ti orang pertama kerap berselang-se­ling…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Pembantu: Dari Rumah Tangga sampai Presiden
2007-11-04

Membantu dan menolong adalah contoh kata yang disebut bersinonim. keduanya dapat saling menggantikan: bisakah membantu/menolong…

P
Pusat Bahasa dan Sultan
2009-10-18

Suatu waktu, cobalah anda membuka homepage resmi pusat bahasa departemen pendidikan nasional, www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. situs tersebut…

M
Metafor dalam Diplomasi
2009-09-06

Sudah 10 tahun bekas provinsi termuda indonesia, timor timur, yang berintegrasi pada 17 juli 1976…