Lisan

Edisi: 25 Des / Tanggal : 2022-12-25 / Halaman : / Rubrik : BHS / Penulis :


PADA 1980-an, kita dapat menjumpai pemandangan begini: barisan orang yang menunggu giliran di depan gardu telepon umum memanjang di trotoar sebuah jalan. Berkali-kali orang di barisan terdepan mengetuk pintu kaca, mengingatkan, tapi pengguna di dalam gardu sama sekali tidak mengindahkan. Padahal entah sudah berapa keping koin tiap sebentar ia masukkan ke boks telepon.
Di saat begitu, kita seperti diingatkan lagi bahwa di situ telepon milik publik telah digunakan secara salah. Seharusnya yang dibicarakan lewat telepon, apalagi telepon milik umum, adalah hal-hal pokok dan penting saja. Disampaikan pendek-pendek, cepat, tapi tetap jelas. Dan bicara langsung ke inti, tak perlu berbasa-basi. Begitulah kira-kira pikiran si penunggu yang masygul.
Tapi yang kita lihat tak lama berselang, ketika si orang jengkel ini mendapatkan gilirannya, ia mengulangi persis kelakuan orang sebelum dia. Sebagian dari kita barangkali akan berkata, telepon, salah satu benda yang lahir pada fajar…

Keywords: Bahasakolom bahasaBahasa IndonesiaBahasa Lisan
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Pembantu: Dari Rumah Tangga sampai Presiden
2007-11-04

Membantu dan menolong adalah contoh kata yang disebut bersinonim. keduanya dapat saling menggantikan: bisakah membantu/menolong…

P
Pusat Bahasa dan Sultan
2009-10-18

Suatu waktu, cobalah anda membuka homepage resmi pusat bahasa departemen pendidikan nasional, www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. situs tersebut…

M
Metafor dalam Diplomasi
2009-09-06

Sudah 10 tahun bekas provinsi termuda indonesia, timor timur, yang berintegrasi pada 17 juli 1976…