Tak Cukupkah Selamat Pagi?

Edisi: 28 Mei / Tanggal : 2023-05-28 / Halaman : / Rubrik : BHS / Penulis :


“Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Shalom. Om Swastiastu. Namo Buddhaya. Salam kebajikan.”
SEORANG menteri mengawali pidatonya dengan enam salam tersebut, pada suatu pagi, di satu acara, yang dihadiri tokoh berbagai agama. Saya belum tahu sejak kapan pengucapan satu per satu salam agama-agama yang ada di Indonesia membudaya dalam birokrasi kita. Yang saya tahu, hari-hari ini, makin sering saya saksikan pejabat kita menggunakan retorika itu.
Kenapa sang menteri harus merinci enam salam sekaligus saat akan berkata-kata? Saya duga, alasannya satu: toleransi. Agar hadirin dengan beragam agama tenang dan senang. Kalaupun ada alasan kedua, mungkin saja siasat untuk meraih simpati masyarakat sebagaimana modus para calon presiden atau calon anggota legislatif.
Tapi, kalau alasannya murni demi toleransi, apakah toleransi harus diwujudkan dengan cara begitu? Apakah untuk disebut toleran, seseorang harus mengucapkan salam agama-agama satu per…

Keywords: Bahasakolom bahasaToleransiKBBIMakna KataToleransi Antar Umat Beragama
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Pembantu: Dari Rumah Tangga sampai Presiden
2007-11-04

Membantu dan menolong adalah contoh kata yang disebut bersinonim. keduanya dapat saling menggantikan: bisakah membantu/menolong…

P
Pusat Bahasa dan Sultan
2009-10-18

Suatu waktu, cobalah anda membuka homepage resmi pusat bahasa departemen pendidikan nasional, www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. situs tersebut…

M
Metafor dalam Diplomasi
2009-09-06

Sudah 10 tahun bekas provinsi termuda indonesia, timor timur, yang berintegrasi pada 17 juli 1976…