Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riset Kemenkes, Obesitas Sentral Penduduk Dewasa Terus Meningkat

Kamis, 18 Juli 2024 16:25 WIB

Ilustrasi obesitas. China Photos/Getty Images

Di tengah peningkatan tingkat obesitas pada penduduk di atas usia 18 tahun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan bahwa prevalensi atau proporsi jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang berstatus obesitas sentral juga mengalami kenaikan. Hasil penelitian Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa prevalensi obesitas sentral mencapai 36,8 persen, sedangkan prevalensi terakhir yang dicatat pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 sebesar 31 persen.

Apabila obesitas diukur berdasarkan skor indeks massa tubuh (IMT), maka obesitas sentral diukur berdasarkan lingkar perut populasi. Pada pria, seseorang berstatus obesitas sentral apabila memiliki lingkar perut lebih dari 90 sentimeter, sedangkan pada wanita indikatornya adalah lingkar perut lebih dari 80 sentimeter. 

Laman ScienceDirect menyebut bahwa obesitas sentral lebih krusial dalam menentukan ancaman penyakit dan kematian dibandingkan obesitas secara umum. Timbunan lemak visceral dalam perut berpotensi meningkatkan risiko terpapar penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, resistensi insulin, dan penyakit tak menular lainnya. Sedangkan pengukuran IMT memiliki kekurangan karena berpotensi menimbulkan salah penafsiran. Menurut lembaga kesehatan publik Amerika Serikat, Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC), orang-orang berotot ataupun atlet profesional yang dikategorikan sehat juga dapat memiliki nilai BMI yang tinggi karena massa otot yang besar.