Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Indeks Kebahagiaan Indonesia Terendah Keempat se-Asia Tenggara

Jumat, 24 Maret 2023 19:27 WIB

Berdasarkan laporan World Happiness Report 2023, Indonesia memperoleh skor 5,277 pada indeks kebahagiaan 2023. Dengan skor itu, Indonesia menempati peringkat 84 dari 137 negara yang terlibat dalam penelitian ini.

Di level Asia Tenggara, tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia berada di peringkat keenam dari sembilan negara yang diteliti. Kepuasan hidup masyarakat Indonesia hanya lebih tinggi dari Laos, Kamboja, dan Myanmar. Singapura menjadi negara paling bahagia di Asia Tenggara, sekaligus Asia, dengan skor 6,587 dan berada di peringkat 25 di level dunia.

Di tingkat global, Finlandia menjadi negara paling bahagia dengan skor 7,804 disusul Denmark dengan nilai indeks 7,586. Negara-negara Skandinavia menjadi negara-negara yang relatif lebih bahagia dibanding negara-negara kawasan lain, ditandai dengan warna hijau yang lebih mencolok pada visualisasi peta di bawah.

 

Secara umum, pendapatan per kapita tinggi juga menjadi cerminan dari tingkat kebahagiaan yang tinggi di suatu negara. Sebagai contoh, Mauritius menjadi negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di Afrika, setara dengan Yunani. Mauritius tergolong dalam kelompok pendapatan per kapita menengah ke atas. Selain itu, keamanan di suatu negara juga menjadi salah satu faktor pemengaruh tingkat kebahagiaan.

World Happiness Report 2023 menggunakan survei kebahagiaan yang dilakukan Gallup World Poll di 137 negara. Terdapat sekitar 1.000 responden yang terlibat dalam penelitian ini di setiap negara, yang mendapat pertanyaan seputar kepuasan hidup dan emosi negatif maupun positif yang sedang mereka rasakan. Agar sampel populasi setiap negara semakin besar dan representatif, maka laporan tersebut mengambil hasil rata-rata dari survei tersebut selama tiga tahun, yakni 2020 hingga 2022.

Riset ini mendapat kritik terkait pengukuran kepuasan hidup berdasarkan kondisi sosial ekonomi, yang berlawanan dengan kebahagiaan emosional tiap individu. Selain itu, juga terdapat perbedaan kultur tiap negara yang mempengaruhi kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang. Tak hanya itu, ketimpangan tingkat kebahagiaan yang mencolok antar kelompok di suatu negara yang menghasilkan nilai rata-rata skor juga mendapat sorotan, sehingga penelitian ini juga mengukur ketimpangan antara kelompok paling bahagia dan kurang bahagia di suatu negara.