Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tren Penggunaan LFP sebagai Baterai Kendaraan Listrik

Selasa, 23 Januari 2024 19:01 WIB

Mobil bertenaga listrik BYD seri Atto 3 resmi diluncurkan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024. BYD Atto 3 yang mengusung baterai BYD Blade Battey (LFP) berkapasitas 49,92 kWh dan 60,48 kWh dan memiliki jangkauan jarak hingga 410 km dan 480 km. TEMPO/Tony Hartawan

Dalam debat Pilpres 2024 yang mengangkat tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa, cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming, menyinggung soal baterai kendaraan listrik berbahan baku Lithium Ferro-Phosphate (LFP). Frasa itu ia gunakan untuk menyerang penjelasan Thomas Lembong—anggota tim sukses Anies-Muhaimin—dalam siniar Total Politik.

Untuk diketahui, Tom Lembong dalam siniar tersebut menyebut bahwa mobil listrik Tesla yang diproduksi di Cina tidak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterainya. 

“Jadi 100 persen dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0 persen nikel dan 0 persen cobalt, jadi namanya LFP, Lithium Ferro Phosphate, pakai besi, pakai fosfat. Masih tetap pakai lithium tapi sudah tidak lagi pakai nikel, (tapi) pakai kobalt,” kata Tom.

Dalam laporan Global EV Outlook 2023 yang dirilis oleh Badan Energi Internasional (IEA), penggunaan LFP sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik terus mengalami peningkatan. Riset IEA mencatat bahwa penggunaan baterai LFP mengalami peningkatan 20 persen dalam kurun waktu 2018 hingga 2022. Sedangkan produksi kendaraan listrik ringan dengan baterai kandungan tinggi nikel pada 2022 justru menurun dibandingkan tahun 2018.

Poweroad, perusahaan baterai asal Cina, menyebut bahwa baterai LFP memiliki sejumlah keunggulan dibanding baterai nikel atau dikenal sebagai NMC (nickel, manganese, cobalt). Yakni bahan baku yang lebih mudah diperoleh, aspek keamanan, daya tahan pada temperatur tinggi, serta lebih awet. 

Namun, peneliti desain produk industri Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa baterai kendaraan listrik masih akan bergantung pada bahan baku nikel, karena efisiensi ruang yang ditawarkan.

“Baterai berbasis nikel masih banyak digunakan dalam industri kendaraan listrik. Kendaraan listrik yang membutuhkan jarak tempuh lebih jauh, dan perlu akselerasi yang agresif, jelas tetap densitas atau kepadatan energi yang lebih tinggi akan terus bergantung pada baterai berbasis nikel,” kata Yannes saat dihubungi Tempo, Senin, 22 Januari 2024.