Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Serangan Siber ke Pusat Data Nasional hingga Kebocoran Data Berbagai Lembaga, Bagaimana Kinerja Indonesia dalam Keamanan Siber?

Sabtu, 29 Juni 2024 20:00 WIB

Yudhi Kukuh, Founder AwanPintar.id /CTO Prosperita memperlihatkan serangan siber real-time di Shangri-La Hotel Jakarta, 25 Juli 2023. Foto: Maria Fransisca Lahur

Keamanan siber Indonesia tengah menjadi sorotan. Pusat Data Nasional (PDN) yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengalami serangan siber ransomware sejak 20 Juni 2024. Alhasil sejumlah layanan publik di sektor pendidikan, keamanan, keimigrasian, hingga kepegawaian mengalami gangguan karena data-data penting yang tersimpan dalam server tersebut.

Tidak hanya itu, data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS), Kementerian Perhubungan, dan INAFIS Polri juga diduga bocor dan diperjualbelikan di situs gelap atau dark web. Data-data itu dijual seharga hingga US$ 7.000 atau hingga sekitar Rp 114,72 miliar (asumsi kurs Rp 16.389 per dolar AS).

Berdasarkan riset keamanan siber yang dilakukan Comparitech pada 2021, Indonesia menempati peringkat ke-18 dari 75 negara paling rentan terhadap serangan siber. Seperti tampak pada peta di atas, negara-negara yang memiliki warna merah yang muda pada wilayahnya memiliki kerentanan terhadap serangan siber dibanding mereka yang menempati peringkat nomor-nomor besar dan memiliki warna merah yang gelap pada wilayahnya.

Ada sejumlah indikator yang digunakan untuk menilai keamanan siber suatu negara. Yakni persentase jumlah perangkat yang terinfeksi malware, virus trojan, hingga sasaran serangan penambang kripto dan spam surat elektronik.