Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keterisian RS Covid-19 Alami Peningkatan

Senin, 24 Januari 2022 18:36 WIB

Berdasarkan data bed occupancy rate (BOR) rumah sakit (RS) yang dapat menangani coronavirus disease 2019 (Covid-19) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), keterisian ranjang Covid-19 di RS alami peningkatan dibanding awal Januari. 

BOR merupakan rasio keterisian rumah sakit dalam periode tertentu. Persentase BOR didapat dari angka keterisian ranjang dibagi jumlah ranjang tersedia pada layanan rawat inap. Nilai BOR merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat keparahan wabah Covid-19 di suatu wilayah. 

Sebagai gambaran spesifik, pada 1 Januari 2022, jumlah pasien Covid-19 di RS penanganan penderita Covid-19 seluruh Indonesia mencapai 1.911 orang dari kapasitas ranjang untuk pasien penyakit itu sebanyak 81.921 buah. Sehingga BOR ranjang Covid-19 di hari itu adalah 2 persen. 

Kemudian, pada 23 Januari 2022, pasien Covid-19 di RS Covid-19 seluruh Indonesia menyentuh angka 5.612 orang, dengan kapasitas ranjang Covid-19 sebanyak 78.442 buah, sehingga BOR di hari itu adalah 7 persen. Tempo mencatat bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata BOR RS yang menangani penderita penyakit itu pada periode 1-23 Januari 2022 adalah 5 persen.

 

Sejauh ini, persentase BOR RS Covid-19 Indonesia masih jauh berada di bawah batas ambang maksimal WHO sebesar 60 persen. Meski demikian, peningkatan keterisian ranjang Covid-19 dapat menjadi alarm dini bagi infrastruktur kesehatan Indonesia.

Jumlah pasien Covid-19 yang membludak menyebabkan tenaga kesehatan (nakes) harus bekerja lebih ekstra. Akibatnya, penanganan pasien di RS secara keseluruhan terganggu. Keselamatan pasien Covid-19 maupun non-Covid-19 pun dapat terancam karena infrastruktur kesehatan yang kolaps.

 

Peningkatan jumlah pasien Covid-19 akhir-akhir ini berkorelasi dengan pertumbuhan jumlah pasien Covid-19 varian Omicron. Hingga 23 Januari 2021, Indonesia telah mendeteksi jumlah kasus Omicron sebanyak 1.369 kasus. Kemenkes menyebut bahwa mayoritas pasien bergejala ringan.

“Biasanya gejala ringan dan hilang dalam 2-4 hari,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pada Ahad, 23 Januari 2022.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut pemerintah memperkirakan puncak kasus Covid-19 akibat varian Omicron akan terjadi setelah Januari.

“Puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” ujar Luhut dalam konferensi pers daring, Ahad, 16 Januari 2022.