Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BPS: Nilai Impor Indonesia pada Februari 2022 Sebesar US$ 16,64 Miliar

Rabu, 23 Maret 2022 13:30 WIB

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai impor Indonesia pada Februari 2022 mencapai US$ 16,64 miliar. Dibandingkan secara tahunan dengan catatan di Februari 2021, maka jumlah itu naik 25,43 persen. Melanjutkan tren pada impor di Januari 2022, nilai impor di Februari 2022 juga menjadi yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir.

Sedangkan jika dibandingkan bulanan, maka terjadi penurunan sebesar 8,64 persen. Di Januari 2022, nilai impor mencapai US$ 18,23 miliar. Dalam dua tahun terakhir memang terjadi tren penurunan nilai impor secara bulanan pada setiap awal tahun, seperti dapat dilihat pada grafik interaktif di atas. 

Barang-barang nonmigas kembali mendominasi barang impor yang masuk ke Indonesia pada Februari 2022. Nilainya mencapai US$ 13,74 miliar atau 82,57 persen dari keseluruhan impor yang dilakukan Indonesia. Sedangkan sektor migas menyumbang sisanya sebesar US$ 2,9 miliar.

Penurunan secara bulanan yang terjadi pada impor Indonesia di bulan lalu tidak terlepas dari nilai impor nonmigas yang menurun, meski impor migas mengalami hal sebaliknya. BPS mencatat bahwa impor nonmigas menurun 14,05 persen dibanding bulan sebelumnya, sementara impor migas naik 30,19 persen

Ditilik dari penggunaan barang, golongan bahan baku atau penolong mendominasi barang masuk ke Indonesia dengan nilai US$ 12,83,85 miliar. Jumlah itu setara dengan 77,12 persen dari nilai barang yang diimpor Indonesia di Februari 2022. 

Terkait tren fluktuasi nilai barang impor nonmigas di Februari 2022, produk gula dan kembang gula mengalami kenaikan nilai impor tertinggi, yakni US$ 117,8 juta. Sedangkan penurunan terbesar dialami oleh produk besi dan baja sebesar US$ 368,2 juta.