Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BPS: Nilai Impor Indonesia pada Januari 2022 Sebesar US$ 18,23 M

Rabu, 16 Februari 2022 19:27 WIB

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai impor Indonesia pada Januari 2022 mencapai US$ 18,23 miliar. Jumlah itu naik 36,77 persen dibanding capaian di Januari 2021 sebesar US$ 13,33 miliar. Nilai impor di Januari 2022 juga menjadi yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir.

Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 21,36 miliar, maka nilai impor di Januari 2022 menurun sebesar 14,23 persen.

“Untuk dua tahun terakhir, (nilai impor) Januari selalu lebih turun dari (nilai impor) Desember tahun sebelumnya,” Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam konferensi pers, Selasa, 15 Februari 2022.

Tren tersebut dapat dilihat pada grafik interaktif di atas. Fenomena penurunan nilai secara month-to-month bulan Desember ke bulan Januari dalam 2 tahun terakhir juga terjadi pada sektor ekspor Indonesia.

Barang-barang nonmigas masih mendominasi barang impor yang masuk ke Indonesia pada Januari 2022. Nilai produk non-migas yang diimpor Indonesia di bulan itu mencapai US$ 16 miliar atau 87,77 persen dari keseluruhan. Sisanya sebesar US$ 2,23 miliar disumbang oleh sektor migas.

Ditinjau dari kategori penggunaan barang, golongan bahan baku atau penolong mendominasi barang impor di Indonesia dengan nilai mencapai US$ 13,85 miliar. Jumlah itu senilai hampir 76 persen dari nilai barang yang masuk ke Indonesia di Januari 2022. 

Kemudian untuk tren fluktuasi nilai barang impor nonmigas di Januari 2022, komoditas serealia menikmati kenaikan nilai impor tertinggi, yakni US$ 130,3 juta. Di bulan sebelumnya, komoditas itu mengalami penurunan nilai barang nonmigas terbesar. Sedangkan penurunan terbesar kali ini dialami oleh produk farmasi sebesar US$ 500,7 juta.