Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penurunan Nilai Investasi Asing di Cina

Jumat, 19 Januari 2024 15:58 WIB

Shanghai, pusat perekonomian Cina, pada Selasa, 28 September 2021, meluncurkan layanan kereta barang ke Hamburg, Jerman. Kredit: Xinhua

Data Peterson Institute for International Economics yang diperoleh dari State Administration of Foreign Exchange (SAFE), lembaga negara pengawas pertukaran valuta asing, menunjukkan bahwa nilai investasi asing di Cina menunjukkan penurunan dalam dua tahun terakhir. 

Bahkan nilai investasi asing langsung (FDI) yang masuk ke Cina pada triwulan I hingga III tahun 2023 hanya mencapai US$ 15 miliar. Angka itu bahkan masih di bawah 10 persen dari nilai FDI yang masuk ke Cina pada 2022. Untuk diketahui, nilai FDI yang masuk Cina pada 2022 juga menurun hampir dua kali lipat dari nilai FDI di tahun 2021.

Analisis Peterson Insitute menyebut sejumlah faktor yang memengaruhi penurunan investasi asing di Cina. Pertama adalah tensi geopolitik yang meningkat antara AS dengan Cina, yang membuat perusahaan multinasional asal AS menahan dana investasi mereka ke perusahaan lokal Cina. Kedua, penutupan firma uji kelayakan sebagai bagian dari kebijakan keamanan nasional Cina yang membatasi penyebaran data lintas batas. Alhasil, para investor asing kekurangan informasi mengenai iklim investasi di Cina, sehingga mereka enggan berjudi untuk jor-joran berinvestasi di perusahaan-perusahaan Cina.

Di sisi lain, penurunan investasi asing di Cina juga tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Cina yang melambat. Bank Dunia dalam laporannya yang rilis pada Oktober 2023 memprediksi bahwa ekonomi Cina pada 2023 dan 2024 hanya akan tumbuh masing-masing 5,1 persen dan 4,4 persen.  Perekonomian Cina yang melambat juga ditandai oleh indikator lain, seperti deflasi, penurunan nilai ekspor, peningkatan jumlah pengangguran, serta penurunan nilai tukar yuan terhadap dolar AS. 

Penurunan kinerja ekonomi Cina pun berdampak luas secara regional dan global. Bagi negara–negara yang menjadikan Cina sebagai tujuan ekspor utama, ekonomi yang menurun akan berdampak pada permintaan barang, sehingga mengganggu kinerja ekspor. Kemudian negara-negara yang mendapat utang dari Cina juga akan kesulitan mendapat pinjaman sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Perekonomian Cina yang berkontribusi sepertiga dari pertumbuhan ekonomi dunia juga dapat membuat pertumbuhan ekonomi global ikut melambat.