Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gejala Deindustrialisasi Dini Indonesia

Kamis, 8 Februari 2024 16:49 WIB

Aktivitas pekerja di ruang produksi tas di pabrik pembuat perlengkapan outdoor PT Eksonindo Multi Product Industry di Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 14 Juni 2023. Dengan kemampuan produksi 6.000 tas, pabrik ini menargetkan bisa membuat 3 juta tas per tahun. Industri manufaktur ini dikenal sebagai produsen tas dan garmen dengan merk Eiger, Body Pack, dan Exsport. TEMPO/Prima Mulia

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) dalam outlook perekonomian Indonesia triwulan I menyebut bahwa Indonesia tengah mengalami gejala deindustrialisasi dini. Padahal, ekspansi berkelanjutan sektor manufaktur telah menjadi contoh sukses di banyak negara yang mengalami kemajuan ekonomi.

LPEM UI menyebut bahwa gejala deindustrialisasi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo dibuktikan dengan andil sektor industri pengolahan yang terus menyusut terhadap perekonomian nasional dan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional. Akibatnya, pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi mencatatkan rata-rata terendah untuk porsi sektor manufaktur terhadap PDB.

Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi manufaktur terhadap PDB cenderung konsisten menurun sejak 2010. Sepuluh tahun lalu, sektor industri pengolahan masih mencatatkan andil terhadap PDB Indonesia di atas 20 persen per tahun. Namun, lima tahun kemudian, nilainya turun di bawah 20 persen. Tetapi, BPS mencatat bahwa andil manufaktur terhadap PDB tahun lalu meningkat dibanding 2022. Tren ini baru dua kali terjadi dalam 10 tahun terakhir. 

Data Bank Dunia juga mencatatkan produktivitas sektor manufaktur yang terus menurun. Andil nilai tambah manufaktur Indonesia terhadap PDB pada 2022 berada pada angka 18,34 persen. Dibanding 20 tahun sebelumnya, angka tersebut menurun sekitar 10 persen.

BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,05 persen. Angka ini menunjukkan perlambatan ekonomi, mengingat di tahun sebelumnya Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,31 persen.