Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berapa Banyak Jejak Karbon Setiap Moda Transportasi?

Jumat, 6 Mei 2022 10:39 WIB

Di tengah peningkatan kesadaran tentang perubahan iklim, orang-orang mulai perlu memikirkan dampak yang ditimbulkan dari aktivitasnya terhadap lingkungan sekitar. 

World Resource Institute pada 2016 menyebut bahwa penggunaan transportasi menyumbang seperlima dari total emisi karbon dioksida global. Di negara-negara kaya di mana penduduknya sering bepergian, maka kendaraan menjadi salah satu penyumbang jejak karbon individu terbesar.

Berdasarkan laporan penelitian yang dipublikasikan Kementerian Bisnis, Energi, dan Strategi Perindustrian Inggris Raya pada 2019, pesawat jarak jauh kelas pertama (first class) dan bisnis menyumbang jejak karbon terbesar, yakni masing-masing 599 gram dan 434 gram per penumpang per kilometer.

Akan tetapi pesawat jarak jauh kelas ekonomi justru lebih ramah lingkungan, bahkan dibandingkan penerbangan domestik dan mobil besar serta medium. Pesawat jarak jauh kelas ekonomi hanya menyumbang 150 gram karbon dioksida per penumpang per kilometer, seperempat dari jejak karbon pesawat jarak jauh first class.

Dalam laporan kementerian itu, pesawat domestik memiliki rata-rata jarak penerbangan 411 kilometer. Sedangkan rata-rata jarak penerbangan pesawat jarak sedang adalah 1.306 kilometer, dan pesawat jarak jauh 6.872 kilometer.

Dalam konteks Indonesia, pesawat domestik dapat diartikan sebagai penerbangan antar kota dalam satu pulau, semisal dari Jakarta ke Yogyakarta. Kemudian pesawat jarak sedang adalah pesawat yang melayani penerbangan lintas pulau atau negara ASEAN, dan pesawat jarak jauh melayani jarak yang lebih jauh, bahkan lintas benua.

Jejak karbon terbesar pesawat dihasilkan pada fase lepas landas (take-off) dibanding saat terbang. Ini karena pesawat membutuhkan energi yang lebih banyak saat fase itu. Sehingga penerbangan jarak dekat dinilai lebih boros energi, apalagi pesawat domestik dapat melayani penerbangan lebih dari sekali dalam sehari.

Faktor lain yang memengaruhi kadar jejak karbon adalah kapasitas angkut kendaraan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pesawat jarak jauh kelas ekonomi lebih ramah lingkungan dibanding kelas bisnis dan first class, mengingat kelas ekonomi dapat mengangkut penumpang lebih banyak dibanding dua kelas dengan layanan eksklusif itu. 

Hal serupa juga dapat memberi jawaban mengapa mobil dengan penumpang lebih banyak lebih ramah lingkungan dibanding mobil yang hanya berisi satu orang. Semakin banyak orang yang diangkut suatu kendaraan, maka semakin rendah jejak karbon yang dihasilkannya.

Sumber energi yang digunakan juga memengaruhi berat karbon yang disumbang kendaraan. Sebagai contoh, kereta Eurostar di Prancis lebih ramah lingkungan dibanding jenis kereta lainnya, karena 90 persen kelistrikan di negara itu dihasilkan oleh energi rendah karbon, 70 persennya adalah energi nuklir. 

Hal serupa juga terjadi pada mobil. Mobil yang menggunakan bensin menghasilkan jejak karbon lebih banyak dibanding mobil yang mengkonsumsi solar. Mobil listrik tentu akan jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dua jenis mobil tersebut.