Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apakah Biaya Kuliah Mahal Menjamin Kualitas Kampus Suatu Negara?

Jumat, 31 Mei 2024 16:38 WIB

Kampus Harvard. Foto : Harvard

Di tengah keriuhan soal kenaikan uang kuliah tunggal (UKT), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menyebut bahwa pengelompokkan biaya kuliah didasari pada kemampuan ekonomi mahasiswa. Ia menyebut bahwa mahasiswa yang mampu akan membayar UKT lebih banyak, sedangkan yang kurang mampu akan lebih sedikit. Pada akhirnya, wacana tersebut pun urung berjalan usai Nadiem memutuskan untuk membatalkan semua kenaikan UKT tahun ini usai bertemu Presiden Joko Widodo pada Senin, 27 Mei 2024

N26, bank digital asal Jerman, membuat sebuah riset tentang biaya kuliah untuk penduduk lokal di 50 negara, termasuk Indonesia. Penelitian tersebut mengambil sampel biaya pendidikan enam jurusan spesialis yang umum ditemukan di seluruh negara tersebut. Yakni kedokteran, keperawatan, teknik sipil, hukum, pengembang perangkat lunak (software developer), dan guru. 

Selain itu, riset tersebut juga menampilkan skor kampus top di sebuah negara berdasarkan indikator yang dibuat oleh Times Higher Education (THE), QS Top Universities, dan World Bank Education Statistics. Skor tersebut mencerminkan keberadaan universitas peringkat teratas di setiap negara berdasarkan pemeringkatan yang dibuat lembaga-lembaga tersebut. Skor yang lebih tinggi menandakan negara tersebut memiliki banyak universitas dengan peringkat teratas.

Untuk mengetahui apakah biaya kuliah yang mahal mempengaruhi kualitas pendidikan tinggi di suatu negara, Tempo membandingkan skor kampus top di lima negara yang memiliki biaya kuliah termahal dengan lima negara yang menggratiskan biaya kuliahnya seperti terlihat pada visualisasi di bawah.

Amerika Serikat dan Inggris, dua dari lima negara dengan biaya kuliah termahal, mencatatkan skor kampus top tertinggi, yakni masing-masing 100 dan 96. Namun, lima besar ranking negara dengan skor kampus top justru didominasi oleh negara-negara yang menggratiskan biaya kuliahnya, yakni Swedia, Denmark, dan Finlandia. Ketiga negara Skandinavia tersebut mencatatkan skor masing-masing 92, 92, dan 91.

Hal tersebut dapat menandakan bahwa pendidikan tinggi yang berkualitas bukan berarti harus mahal. Dua negara lainnya yang menggratiskan biaya kuliahnya bagi warga lokal, Arab Saudi dan Republik Ceko, mencatatkan skor kampus top sebesar 86 dan 84. Skor itu lebih bagus dibanding Indonesia yang tercatat hanya memiliki skor 76 dan menempati tiga negara terbawah dengan skor kampus top terendah.

Meski demikian, pemeringkatan kampus yang dibuat lembaga-lembaga di atas tidak terlepas dari kritik. Hangga Fathana dan Ayu Anastasya Rachman dalam artikel di The Conversation (2022) melihat bahwa pemeringkatan kampus sebagai bentuk imperialisme budaya. Bukannya berfokus sepenuhnya meningkatkan kualitas, keduanya melihat bahwa kampus justru menyikapi kompetisi tersebut dengan memanipulasi agar sekadar mencapai peringkat yang lebih tinggi.

Utrecht University (Belanda) dan Zurich University (Swiss) pun mengundurkan diri dari pemeringkatan yang dibuat oleh THE. Kedua kampus tersebut memilih berfokus pada sains terbuka, dan menegaskan bahwa kualitas riset jauh lebih baik dibanding kuantitasnya.