Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berapa Banyak Jejak Karbon Setiap Moda Transportasi?

Jumat, 14 Juni 2024 17:01 WIB

Pesawat Private Jet MJTS dengan kode pada ekor pesawat HS-TKS membawa buron wahid asal Thailand Chaowalit Thongduang ke negaranya pada pukul 15.15 WIB, Senin 4 Juni 2024. FOTO:AYU CIPTA I TEMPO

Peningkatan kesadaran tentang perubahan iklim mendorong penduduk bumi untuk memikirkan emisi yang ditimbulkan dari aktivitasnya terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya adalah jejak karbon yang dihasilkan oleh setiap orang saat bepergian.

World Resource Institute pada 2016 menyebut bahwa penggunaan transportasi menyumbang seperlima dari total emisi karbon dioksida global. Di negara-negara kaya tempat penduduknya sering bepergian, maka kendaraan menjadi salah satu penyumbang jejak karbon individu terbesar.

Hasil riset Departemen Keamanan Energi dan Emisi Bersih Inggris Raya pada 2022 menempatkan pesawat jarak dekat sebagai penyumbang jejak karbon terbesar, yakni sekitar 246 gram per penumpang per kilometer. Jika mengacu klasifikasi yang dibuat pada 2019, pesawat jarak dekat memiliki jarak rata-rata sekitar 411 kilometer.

Jejak karbon terbesar pesawat dihasilkan pada fase lepas landas (take-off) dibanding saat terbang. Ini karena pesawat membutuhkan asupan energi yang lebih banyak saat fase itu. Sehingga penerbangan jarak dekat dinilai lebih boros energi, apalagi pesawat dapat melayani penerbangan lebih dari sekali dalam sehari.

Dalam konteks Indonesia, pesawat domestik dapat dicontohkan oleh penerbangan antar kota di Pulau Jawa—yang umumnya berjarak di bawah 1.000 kilometer—seperti Jakarta-Yogyakarta atau Jakarta-Surabaya. Kemudian pesawat jarak sedang adalah pesawat yang melayani penerbangan antar kota dengan jarak sekitar 1.000 kilometer atau lebih. Sebagai contoh adalah penerbangan Jakarta-Denpasar, Makassar-Manado, ataupun Jakarta-Singapura. Sedangkan pesawat jarak jauh adalah pesawat yang melayani penerbangan sekitar 5.000 kilometer atau lebih, pada umumnya adalah penerbangan antar negara atau bahkan lintas benua.

Sedangkan riset International Council on Clean Transportation (ICCT) menyebut bahwa kapal pesiar selama lima malam dengan jarak berlayar sekitar 2.000 kilometer dapat menghasilkan jejak karbon sebesar 250 gram per penumpang per kilometer. Alhasil, kapal pesiar memiliki jejak karbon yang lebih besar daripada pesawat. 

Sumber energi yang digunakan juga memengaruhi berat karbon yang disumbang kendaraan. Sebagai contoh, kereta cepat di Prancis lebih ramah lingkungan dibanding jenis kereta lainnya, karena 90 persen kelistrikan di negara itu dihasilkan oleh energi rendah karbon, 70 persennya adalah energi nuklir. 

Hal serupa juga terjadi pada mobil. Mobil yang menggunakan bensin menghasilkan jejak karbon lebih banyak dibanding mobil yang mengkonsumsi solar. Mobil listrik tentu akan jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dua jenis mobil tersebut.

Mengingat masih banyak negara yang mengandalkan energi fosil, bukan tidak mungkin jejak karbon yang dihasilkan oleh suatu transportasi yang ramah lingkungan akan lebih besar daripada perhitungan di atas. Sebagai contoh, kendaraan listrik di Indonesia tentu menghasilkan emisi yang lebih besar daripada perhitungan di atas lantaran sekitar 3/4 sumber energi di Indonesia berasal dari batu bara dan minyak bumi, dua sumber energi paling kotor.